Pada Akhirnya Semua Akan Sadar, Kuasa Manusia Terbatas

Pada Akhirnya Semua Akan Sadar, Kuasa Manusia Terbatas

Saya sering dicurhatin orang yang nangis-nangis, yang berkeluh kesah, atas kegagalan mereka, atas kejadian yang tidak mereka harapkan dalam hidup mereka. Kenapa tidak semua hal sesuai harapan? Kenapa aku maunya begini, kok jadinya begitu? Bisa jadi ini juga yang menggelisahkan kamu. Mari kita renungkan dua contoh berikut ini.

Contoh pertama. Kamu pernah mengalami kecelakaan di jalan? Jika pernah, apa sebabnya? Salah satu sebabnya adalah, kamu kurang atau tidak hati-hati. Nah pertanyaannya, apakah kamu pernah sudah sangat hati-hati, dan tetap mengalami kecelakaan? Kok bisa, kan sudah hati-hati? Persoalannya, mau kamu super hati-hati pun, kamu tetap bisa celaka, kalau ada orang lain tidak hati-hati. Iya kan? Nah loh.

Contoh kedua. Di laga terakhir World Cup Qatar 2022, babak penyisihan grup, timnas Jerman dan Uruguay, menang. Jerman unggul 4 goal, Uruguay unggul 2 goal, atas lawan mereka saat itu. Tapi mereka tersingkir dan tidak lolos ke babak 16 besar. Why? Karena timnas Jepang dan Korea Selatan menang. Nasib timnas Jerman dan Uruguay, ditentukan oleh hasil match Jepang dan Korea Selatan. Pulang kampung dah.

Dari kedua contoh di atas, kita bisa melihat, bahwa ada kalanya, nasib kita, tergantung dengan apa yang terjadi di luaran sana. Kamu tidak bisa mengontrol, orang lain hati-hati atau tidak. Kamu tidak bisa mengontrol agar tim lain kalah, supaya kamu lolos. Kamu bisa saja mampu mengendalikan diri agar tetap kerja keras supaya bisnis kamu lancar, namun kamu akan kalah telak, oleh kehadiran kebijakan lockdown / PPKM Covid19.

Banyak orang menikah, yang sering ribut dengan pasangannya, mengeluhkan pasangannya, karena mereka tidak mengenal dengan baik karakter pasangannya. Sama halnya dengan kehidupan. Banyak orang mengeluhkan kehidupan, karena tidak mengenali karakter kehidupan, yang “mbuh”. Mbuh ini, terkait dengan, “tidak semua hal berada dalam wilayah kendali kita”. Dan saat ini terjadi, kita mau gimanapun, tidak bisa menolak.

Kamu boleh saja belajar pemberdayaan diri model apapun. Dimana kamu terus berusaha meluaskan kuasa kamu, untuk menentukan alur hidup. Namun pada satu titik, kamu perlu menyadari, bahwa kamu tidak akan menang melawan kehidupan yang berkarakter “mbuh”. Jangan malu-malu untuk mengakui itu. Akui saja bahwa hidup memang “mbuh”.